Senin, 10 Desember 2012

LAPORAN MATA KULIAH EVALUASI DAN DIAGNOSIS KESULITAN BELAJAR IDENTIFIKASI SISWA YANG MENGALAMI KESULITAN BELAJAR

LAPORAN MATA KULIAH EVALUASI DAN DIAGNOSIS KESULITAN BELAJAR IDENTIFIKASI SISWA YANG MENGALAMI KESULITAN BELAJAR OLEH ASRIANTO SAPUTA NIM. ERA1D009009 DOSEN PENGAMPU Drs. TUMEWA PANGARIBUAN, M.Pd BIMBINGAN DAN KONSELING FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS JAMBI 2011 KATA PENGANTAR Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat Nya penulis dapat menyelesaikan laporan Evaluasi dan Diagnosis Kesulitan Belajar ini. Pada kesempatan ini saya sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu pembuatan laporan ini. Kritik dan saran sangat yang bersifat membangun sangat diharapkan oleh peneliti, sehingga selanjutnya akan mendapatkan hasil yang baik dan dapat bermanfaat bagi kita semua. Demikianlah saya sampaikan dan akhirnya saya ucapkan terima kasih atas saran dan kritiknya Jambi, Januari 2011 Penulis A. Kesulitan Belajar Kesulitan belajar adalah suatu gangguan pada seorang individu yang disebabkan oleh gangguan neorologis yang menggangu perkembangan integrasi dan kemampuan verbal dan non verbal, kesulitan belajar dapat dapat berwujud sebagi suatu kekurangan dalam satu atau lebih bidang akademik, baik dalam mata pelajaran spesifik seperti membaca, menulis, matematika dan mengeja atau berbagai keterampilan yang bersifat lebih umum seperti mendengarkan, berbicara, menulis sehingga anak yang mengalami kesulitan belajar biasanya memperoleh prestasi belajar jauh dibawah rata-rata. B. Pentingnya Evaluasi dan Diagnosis Kesulitan Belajar. Kesulitan belajar dibagi menjadi dua bagian, pertama yaitu kesulitan belajar akademik yang menunjukkan adanya kegagalan-kegagalan pencapaian prestasi akademik yang yang sesuai dengan kapasitas yang diharapkan, kedua kesulitan yang bersifat perkembangan yaitu mencakup gangguan motorik dan persepsi, bahasa, komunikasi dan kesulitan dalam penyesuaian dalam perilaku sosial. Untuk mengatasi semua yang dijelaskan diatas tentu guru disekolah harus mengetahui anak didik yang mengalami hal-hal tersebut dan harus diberikan bantuan agar anak didik tersebut dapat mengikuti dan menjalankan kegiatan proses belajar mengajar disekolah tidak terhambat, khususnya konselor dengan mengetahui anak didik yang mengalami kesulitan belajar dapat memberikan layanan kepada peserta didik, jadi evaluasi dan diagnosis kesulitan belajar sangat penting untuk mengetahui anak didik disekolah yang mengalmi kesulitan dan belajart dan pemberian bantuan yang harus diberikan agar anak yang mengalami kesulitan belajar dapat mengikuti kegiatan proses belajar mengajar dengan baik. C. Kedudukan Evaluasi dan Diagnosis Kesulitan Belajar Dalam Kegiatan Belajar Mengajar ( KBM ) Ketidak berhasilan dalam proses belajar mangajar untuk mencapai ketuntasan dipengaruhi oleh banyak factor. Faktor tersebut adalah siswa yang belajar, jenis kesulitan belajar yang dihadapi dan kegiatan belajar yang terlibat dalam proses belajar, yang penting dalam kegiatan diagnosis kesulitan belajar adalah menemukan letak kesulitan dan jenis kesulitan yang dihadapi siswa agar pengajaran perbaikan yang dilakukan dapat dilaksanakan secara efektif. Bila menemukan sejumlah siswa tidak memenuhi criteria pesyasaratan ketuntesan ketuntasan yang telah ditetapkan, kegiatan diagnosis kesulitan belajar harus dikembangkan kepada : 1. Bakat yang dimiliki siswa yang berada antara yang satu dengan yang lainnya. 2. Ketekunan dan tingkat usaha yang harus dilakukan siswa dalam menguasai bahan yang dipelajarinya. 3. Waktu yang tersedia untuk menguasai ruang lingkup tertentu sesuai dengan bakat siswa yang sifatnya individual dan usaha yang dilakukannya. 4. Kualitas pengajaran yang tersedia yang sesuai dengan tuntunan dan kebutuhan seta karakteristik individual. 5. Kemampuan siswa untuk memahami tugas –tugas belajarnya. 6. tingkat dan jenis kesulitan yang diderita siswa sehingga dapat ditentukan perbaikannya, apakah cukup dengan mengulang dengan cara yang sama atau mengambil alternative kegiatan lain atau melalui pengajaran remedial. Berdasarkan poin-poin yang dijelaskan diatas jelaslah bahwa kedudukan diagnosis kesulitan belajar terletak dalam menemukan letak kesulitan belajar siswa dan menentukan kemungkinan cara mengatasinya dengan memperhitungkan factor yang mempengaruhi keberhasilan kegiatan belajar. D. Cara Menandai Siswa Yang Mengalami Kesulitan Belajar. Untuk mengetahui siswa yang mengalami kesulitan dalam belajar banyak cara yang dapat dilakukan, salah satunya yang paling capat yaitu dengan cara melihat leger nilai siswa, biasanya siswa yang mendapatkan nilai yang jauh dibawaah rata-rata dapat dikatakan mengalami kesulitan belajar. Langkah-langkah yang ditempuh adalah sebagai berikut : 1. Ambil leger nilai disekolah 2. Buat grafik nilai siswa, grafik rata-rata kelas, siswa yang paling rendah dan grafik perbidang studi. 3. Pilih salah satu siswa yang mendapatkan nilai yang jauh dibawah rata-rata. Menentukan siswa yang mengalami kesulitan belajar juga dapat dilihat dengan cara mengamati dia sewaktu belajar dan dengan cara membuat sosiometri teman belajar yang paling disenangi. E. Lampiran 1. Absensi siswa 2. Sosiometri 3. Grafik Nilai Siswa 4. Hasil Pengamatan / Observasi 5. Tes Psikologi F. Tes Psikologi G. Hasil Pengamata Sewaktu Belajar Berdasarkan hasil pengamatan konselor sewaktu konseli menjalani proses belajar mengajar yaitu konseli sewaktu belajar duduk dibelakang sekali, dan selama proses belajar mengajar konseli memperhatikan guru yang menerangkan didepan kelas, akan tetapi sewaktu proses belajar mengajar berlangsung konseli sering keluar kelas, tidak tau apa yang dikerjakan oleh konseli diluar kelas, konseli juga kurang aktif dalam proses belajar mengajar, hal ini terbukti konseli jarang bertanya dengan guru sewaktu guru memberi kesempatan untuk bertanya jika ada materi yang belum dimengerti. H. Identifikasi Kasus Berdasarkan data-data yang diperoleh konselor mengenai siswa yang mengalami masalah belajar maka identifikasi kasus siswa yaitu : 1. Selalu tampak gelisah dan kurang berkonsentrasi dalam mengikuti pelajaran dikelas. 2. Kurang waktu belajar dirumah karena terlalu banyak bermain. 3. Kurangnya perlengkapan belajar dirumah membuat semangat siswa belajar dirumah kurang. I. Data Identitas Nama : I M R Jenis Kelamin : Laki – laki Tempat Tanggal Lahir : Muara Ketalo, 3 Oktober 1993 Agama : Islam Kelas : VIII SMP Satu Atap Muara Ketalo Kabupaten Tebo. Alamat : RT. 04 Desa Muara Ketalo, Kecamatan Tebo Ilir Kabupaten Tebo. J. Diagnosa Berdasarkan data yang dikumpulkan oleh konselor, maka diagnosa kasus yang dialami oleh konseli adalah sebagai berikut : 1. Ekonomi keluarga kurang baik hal ini sesuai kurangnya perlengkapan belajar siswa dirumah. 2. Kurangnya perhatian dari kedua orang tua dirumah. 3. Rendahnya pendidikan kedua orang tua. 4. Terlalu banyak bermain dilingkungan rumah membuat kurangnya waktu belajar. K. Pragnosa Berdasarkan langkah-langkah diagnosa diatas maka konselor memberikan bantuan kepada konseli dengan cara : 1. Mengadakan pendekatan dengan konseli 2. Mengadakan wawancara konseling individual dengan IMR mengenai masalah : a. Nilai Bidang Studi IMR yang dibawah rata-rata b. Melakukan kunjungan rumah untuk membicarakan dengan orang tua IMR mengenai perlengkapan belajar konseli dan perhatian terhadap waktu belajar dan bermain konseli dirumah. L. Langkah Terapi 1. Untuk mengatasi masalah yang dihadapi oleh IMR yaitu nilai bidang studi IPA yang berada dibawah rata-rata adalah sebagai berikut : - Melakukan wawancara dengan konseli mengenai nilai mata pelajaran IPA yang berada dibawah rata-rata dengan hasil konseli mengatakan sulit untuk berkonsentrasi dalam mengikuti pelajaran IPA dan dia kurang menyenangi pelajaran tersebut. 2. K. Hasil Home Visit Berdasarkan hasil kunjungan rumah konseli dan hasil wawancara sedikit dengan orang tua konseli bahwa konseli dirumah jarang belajar dirumah dan kebanyakan bermain dilingkungan sekitar rumah dengan teman-temannya. Dan anak dirumah juga tidak mempunyai waktu belajar khusus yang dibuat. Berdasarkan pengamatan sewaktu kunjungan rumah perlengkapan belajar konseli dirumah juga kurang memadai, konseli tidak punya meja belajar khusus tempat belajar, selain itu rumah konseli juga belum teraliri listrik jadi konseli mengalami kesulitan dalam belajar dirumah. Selain itu latar belakang pendidikan orang tua konseli juga tidak terlalu tinggi, ayah konseli hanya tamatan SD dan ibu konseli juga latar balakang pendidikan SD, berdasarkan pengamatan konselor orang tua konseli kurang memperhatikan sarana dan prasarana belajar konseli dirumah.